*Oleh Sutiawan
Sadra
“Engkau harus mengetahui bahwa, semoga Allah merahmatimu,
sesungguhnya engkau hidup disuatu zaman
ketika orang-orang yang mengaku berada di jalan kebenaran sangat sedikit jumlahnya…
kaum muda mereka adalah para pelaku dosa dan ulama-ulama mereka adalah para
hipokrit” khalifah Ali
bin Abi Thalib kwz.
Remaja dengan tuntutan zaman sekarang, membuat remaja tidak mengenal identitas dirinya.
Identitas sebagai tombak untuk menopang agama. Tapi mereka sebagai umat yang
mengenal agama sudah melalaikan suatu
hal yang sangat penting, salah satunya mereka melalaikan kitabnya sendiri.
Mungkin sangat sedikit dari penduduk Indonesia khususnya remaja yang memperhatikan dan
mengkaji kitab mereka, terkecuali bagi mereka yang mengkhususkan sendiri
mempelajari kitab agama mereka. Mereka masih memperhatikan dan mereka masih
punya waktu untuk mempelajari kitab agama mereka.
Sekarang kita lihat sikap remaja masa sekarang, mereka menganggap
diri mereka sebagai muslim, tapi kita patut mempertanyakan kemusliman mereka.
Dengan berbagai tantangan zaman masihkah seorang pemuda muslim yang tidak ada
rasa dalam dirinya untuk mempertahankan agamanya sendiri, masihkah bisa
bertahan ?
Pergaulan yang sangat begitu bebas dikalangan remaja, memungkinkan
remaja untuk melupakan kitab agamanya.
Mari kita persempit bahasan ini kepada agama islam. Remaja atau kita
sebut saja pemuda-pemudi islam, yang waktu dulu ketika zaman Rasulullah saw
mereka menjadi pedang bagi islam. Mereka adalah kerang yang bisa menyimpan dan
menjaga kilau mutiara islam. Mereka
dengan segenap kekuatan dirinya mereka menjaga dan menjalankan syariat islam.
Menghidupkan hukum-hukum islam dalam kehidupan mereka.
Tapi, apa yang terjadi terhadap pemuda-pemudi zaman sekarang,
terlebih khusus di Negara Indonesia. Pembicaraan tentang al-Quran di kalangan
para pemuda-pemudi sepertinya sangat jarang sekali bahkan nyaris tidak pernah
terbersit dalam pikiran mereka. Coba
kita lihat kenyataannya, di dalam perkumpulan para pemuda-pemudi sekarang saat
mereka memperbincangkan sesuatu hal, kalau tidak tentang fashion, sepak bola,
film, atau juga tentang karir mereka. Apalagi ditambah sekarang sedang demam
sepak bola Europa, seuatu yang mustahil mereka tidak memperbincangkannya dan
al-Qur’an sudah kalah banding dengan sepak bola.
Padahal, hakikatnya manusia itu untuk mencari kesempurnaan, iya
kan? Mereka bekerja setiap hari, mereka belajar terus menerus untuk mendapatkan
kesempurnaan. Mereka tidak menyadari
ataukah memang tidak mengetahui bahwa mereka mempunyai panduan Ilahi yang sangat mampu mengantarkan manusia
menggapai tujuannya yaitu kesempurnaan.
Panduan Ilahi itu adalah Al-Qur’an Al-Karim. Al-Qur’an yang
diturunkan kepada Nabi Allah yang mulia yaitu sayyidil wujud Muhammad saw. Al-Qur’an menjadi sebuah kitab petunjuk bagi
orang-orang yang bertaqwa dan tidak ada keraguan di dalamnya.
Sungguh kita telah tertipu oleh hal-hal dunia yang membuat mata,
pikiran dan hati kita telah meninggalkan al-Qur’an. Padahal yang menjadi wasiat
Rasulullah saw adalah jangan sampai kita meninggalkan al-Qur’an. Sekarang kita
lihat begitu banyak dari kalangan umat muslim khususnya para pelajar yang lebih
tertarik dengan mempelajari ilmu-ilmu yang lain dan mengabaikan al-Qur’an.
Mereka tidak tertarik terhadap penelitian al-Qur’an, mungkin dalam pemikiran
mereka mempelajari al-Qur’an tidak akan menghasilkan materi yang banyak, dalam
kata lain tidak bisa menunjang kesenangan hidup. Berbeda dengan mempelajari
ilmu-ilmu yang lain, seperti mempelajari ilmu perhotelan atau mungkin
pariwisata yang lulusannya bisa langsung mendapatkan posisi untuk mereka
bekerja.
Ini semua adalah merupakan kekeliruan, pandangan para pemuda telah berubah haluan. Seandainya
kita tetap berdiam diri dalam perkara ini, kita akan terus terjebak dalam
kegelapan kehidupan. Kita tidak mengetahui hakikat penciptaan dari manusia
sendiri. Kalau kita ibaratkan al-Qur’an dengan yang lainnya, ibarat kita
menjalankan amanat dari Presiden Negara dengan menjalankan amanat dari ketua
Rt. Memang pengibaratan ini tidak begitu sebanding, karena al-Qur’an itu adalah
sesuatu yang agung. Hanya saja kalau kita lihat disini ada sebuah tingkat
derajat yang begitu sangat berbeda. Kita akan lebih mendapatkan sebuah penghargaan
besar apabila kita menjalankan amanat dari seorang presiden, yang bisa jadi
amanat ketua Rt pun sudah tercantum di dalamnya.
Maksudnya amanat ketua Rt pun sudah termaktub di dalam amanat presiden.
Selain itu mempelajari al-Qur’an mempunyai sisi lain yaitu kita
mendapatkan pahala dalam ketaatan kepada-Nya. Dalam hadits Rasulullah saw bersabda, “ sesungguhnya
mahluk yang paling dicintai Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung adalah anak
muda yang menghabiskan usia muda serta ketampanan atau kecantikannya itu
dijalan Allah dan dalam ketaatan kepada Allah semata. Anak-anak muda (dengan
kehendak, ketaatan, dan beramal saleh) seperti itulah yang dibanggakan Allah
swt di hadapan para malaikat-Nya sambil berkata,’ ini lah hamba-hamba-KU yang
sejati ‘”.
Semoga para pemuda-pemudi islam sadar akan perkara yang menimpa
mereka saat ini. Disaat tuntutan zaman yang seakan-akan mengharuskan mereka
memilih salah satu antara keduniaan dan agama. Padahal keduanya ini dapat
berjalan bersamaan seandainya kalau mereka mengetahui akan penempatan porsi dan
posisi keduanya. Dalam syair dikatakan “Barang siapa Allah (akhirat)
tujuannya, niscaya dunia akan melayaninya. Namun siapa dunia tujuannya niscaya
kan letih dan pasti sengsara, diperbudak dunia sampai akhir masa.”
Mari kita jadikan diri kita sebagai pemuda yang Allah banggakan
didepan para malaikatNya, yaitu para pemuda-pemudi yang menghabiskan masa
ketampanan dan kecantikannya dalam ketaatan
pada Allah semata, yaitu salah satunya dengan mempelajari kitab
(al-Quran) yang diturunkan oleh-Nya yang tidak ada keraguan didalamnya.
Pemuda-pemudi yang mengisi masa mudanya dengan ketaqwaan kepada-Nya.